Di jaman sekarang, operasi caesar sudah menjadi metode melahirkan yang lumrah. Jika bisa memilih, aku ingin melahirkan secara normal lagi seperti saat melahirkan Dilla, anak pertamaku.
Namun, air ketuban yang tinggal sedikit di usia kandungan yang sudah mendekati HPL, mengharuskan aku untuk menjalani operasi caesar pada hari itu, tepatnya tanggal 11 April 2022.
Setelah menjalani serangkaian proses, alhamdulillaah operasi berjalan dengan lancar. Lahirlah putra keduaku, Asyraf.
Syukur yang tiada henti, sudah dipercaya olehNya dititipi anak kedua berjenis kelamin laki-laki, karena yang pertama perempuan. Semoga mereka menjadi anak yang sholeh dan sholehah aamiin.
Back to topic. Satu minggu setelah operasi, aku kembali berkunjung ke rumah sakit untuk diperiksa, apakah jahitanku sudah kering atau belum. Dan alhamdulillaah jahitanku sudah kering, bagus.
Tapi herannya, setelah akan menginjak satu bulan pasca caesar, ujung jahitan kanan rembes. Ada cairan bening yang keluar, seperti getah timun.
Aku segera menghubungi saudara yang kebetulan merupakan salah satu tenaga kesehatan, untuk meminta tolong padanya. Olehnya, jahitanku dipencet-pencet agar cairan itu keluar, kemudian dibersihkan dengan cairan yang dioleskan pada kasa steril.
Perasaanku kembali lega karena jahitan yang rembes sudah diatasi. Namun, tiga hari kemudian, aku kembali dikejutkan karena ujung jahitan kiri juga rembes bahkan cairan yang keluar seperti bercampur darah.
Tanpa berpikir lama lagi, setelah maghrib aku dan suami pergi ke bidan. Sesampainya disana, aku langsung diperiksa. Kebetulan hanya aku satu-satunya pasien mengingat jam praktek sudah mau tutup.
Hasil pemeriksaan menyatakan kalau jahitan bagian kiri bolong membuat cairan yang keluar lebih banyak dibanding rembesan di sebelah kanan. Namun jahitan kanan katanya bengkak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jahitan bekas caesarku mengalami infeksi.
Bidan memberitahu, kalau aku harus melakukan perawatan luka sampai luka jahitanku benar-benar sembuh.
Awalnya aku disuruh periksa lagi ke rumah sakit tempat dimana aku dioperasi. Tapi aku enggan. Mengingat jarak yang lumayan agak jauh dari rumah, harus meninggalkan bayi pula dalam waktu yang belum tentu sebentar.
Agar aku tidak harus repot bolak-balik, akhirnya Bidan memutuskan perawatan lukanya dilakukan oleh suami Teh Nida, asisten beliau. Katanya dia perawat, apik dalam hal perawatan luka.
Besoknya tanggal 9 Mei, Teh Nida dan suaminya datang ke rumah dan luka pada jahitanku diobati.
Setelah itu suaminya Teh Nida menyarankan, selama masa perawatan, aku harus bedrest. Dibanding posisi duduk, berbaring lebih disarankan. Karena katanya, penyembuhan luka infeksi di jahitan bekas caesar dikhawatirkan menjadi lambat mengingat letaknya dibawah lipatan perut.
Sejak saat itu, aku masih belum bisa maksimal mengurus bayiku, mengurus anak pertamaku. Sedih sekali rasanya, karena lagi-lagiiii harus merepotkan kedua orangtuaku.
Suami yang pulang bekerja saja sudah lelah, ini harus lanjut mengurus 2 buah hati kami. Belum lagi pekerjaan rumah yang biasa aku kerjakan, dia yang handle.
Itulah yang terkadang membuat aku tidak bisa menerima kenyataan. Kasihan dengan mereka, aku seperti menjadi beban. Tapi mau bagaimana lagi? Ini cobaan. Aku harus ikhlas. Aku hanya terus berdoa agar mereka diberi kesehatan dan aku segera diberi kesembuhan.
Untuk itu, setiap hari aku makan ikan gabus agar luka jahitanku lekas kering dan sembuh. Meski tidak suka, aku paksakan makan ikan itu.
Mama mertua, saudara, bahkan orang-orang yang tahu aku telah caesar sampai ngirim ikan gabus. Karena faktanya, banyak yang cepat sembuh lukanya dibantu dengan konsumsi ikan yang tinggi protein tersebut.
Karena divonis infeksi, aku tetap harus menjalani perawatan luka sampai luka jahitanku sembuh.
Perawatan luka yang aku jalani, dilakukan 2 hari sekali. Berharap 5x perawatan (berarti selama 10 hari) luka sudah sembuh dan jahitan sudah rapat.
Sayangnya kenyataan berbeda dengan apa yang kami harapkan. Jahitanku sembuh cukup lama.
Perawatan luka dilakukan sampai 15x dalam waktu 33 hari (4x terakhir perawatan, dilakukan 3 hari sekali). Baru lukaku sembuh.
Ternyata penyebabnya karena ada benang didalam. Ada benang yang keluar dari jahitan yang bolong. Seingatku, panjang benangnyapun, tidak lebih dari 1 cm. Sangat pendek.
Flashback ke hari idul fitri. Saat aku mandi, bagian jahitan bekas caesarku terkena air dan sabun. Setelahnya aku tap-tap dengan tisu dan aku pastikan sudah kering. Tapi sepertinya air dan sabun itu meresap kedalam kulit.
Mungkin juga karena jahitan di bagian dalam belum menyatu maksimal, ditambah terkena air dan sabun, akhirnya jahitan bekas caesarku menjadi infeksi.
Infeksi itulah yang membuat benang-benang tersebut, tidak mau menyatu dengan daging, karena bisa disebut benang itu menjadi benda asing yang ada didalam.
Untungnya, kandungan protein yang tinggi dalam tubuh, membuat benda asing itu menjadi lebih mudah terdorong keluar saat bekas caesarku ditekan dari sisi ke sisi dibagian titik yang masih terbuka.
Setelah benang-benang itu keluar, badanku terasa ringan meski masih terasa sakit.
Terimakasih banyak Teh Nida dan suami, Ruswandi S.Kep.Ners sudah mengobati luka infeksi ku sampai sembuh. Semoga kebaikannya dibalas berlipat ganda oleh yang Kuasa.
Foto 1 dan 2 (ilustrasi gambar) : Source by google.
Foto 3 : Real.
Baca juga : Depresi Akibat Body Shamming